BUKAN “UMRAH BIASA”

BUKAN “UMRAH BIASA”

#UmrahSyiarNovember2023

 

 

BUKAN “UMRAH BIASA”

(Catatan Perjalanan – Bagian 3)

 

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor/Jamaah Umrah Syiar Travel November 2023)

 

JUDUL besarnya memang umrah. Namun demikian, Syiar Travel sesungguhnya tak hanya memfasilitasi perjalanan umrah para jamaahnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Manajemen Syiar Travel, setidaknya ada tiga target utama yang ingin diwujudkan dalam setiap program umrah: Pertama, meraih umrah mabrurah. Kedua, memahami perjuangan Rasulullah saw. Ketiga, mewujudkan keluarga samara atau-dalam istilah KH Rochmat S. Labib–keluarga “asmara” (as-sakiinah, al-mawaddah, wa ar-rahmah).

 

Pertama, meraih umrah mabrurah. Karena umrah adalah agenda utama, dengan target umrah mabrurah, Syiar Travel benar-benar bertanggung jawab untuk membekali para jamaahnya–terutama yang masih awam–dengan pengetahuan fiqih umrah yang cukup memadai. Di sinilah tampak peran penting pembimbing kami, KH Rochmat S Labib, dalam menjelaskan hal-ihwal seputar fiqih umrah secara jelas/terang dan mudah dipahami. Termasuk saat beliau menjelaskan beberapa aspek furuu’ dari ibadah umrah yang acapkali memunculkan ikhtilaaf (perbedaan di kalangan ulama). Tampak jelas kepiawaian beliau–yang juga penulis kitab Ushul Fiqih yang berjudul Al-Mukhtaar fii Ushuul Fiqh dan buku Tafsir AlWaie (3 jilid) –dalam menjelaskan pendapat yang menurut beliau paling raajih (kuat).

 

Dengan demikian di tengah perbedaan pandangan fiqih seputar umrah, jamaah merasa mantap untuk mengamalkan pendapat yang dianggap paling raajih (kuat) tersebut.

Sebelum itu, KH Dr. Rahmat Kurnia sejak awal membekali jamaah jamaah dari sisi ruhiyah (spiritual) seperti pentingnya menata hati dengan meluruskan motivasi/niat berumrah, selalu berprasangka baik kepada Allah, berusaha selalu sabar dan ridha, membangun kebersamaan di antara jamaah, berupaya bahagia dalam menjalankan setiap ketaatan dan pentingnya perubahan ke arah yang lebih baik pasca umrah. Perubahan ke arah yang lebih baik itulah sejatinya tanda dari umrah yang mabrurah.  Sebabnya, umrah mabrurah seharusnya tidak berbeda dengan haji mabrur. Haji mabrur sendiri memiliki sejumlah tanda. Demikian sebagaimana kata al-Hasan, “Haji mabrur adalah ia yang kembali dari berhaji menjadi seorang yang zuhud terhadap dunia dan rindu terhadap akhirat.” (As-Suyuthi, Durr al-Mantsuur, I/473; al-Qurthubi, Tafsiir al-Qurthubi, II/408).

Imam al-Hasan ra. pernah ditanya, “Apa ciri haji mabrur?” Beliau pun menjawab, “Orang yang kembali dari menunaikan ibadah haji itu menjadi zuhud terhadap dunia dan selalu merindukan akhirat (surga).” (Abu Thalib al-Makki, Quut al-Quluub, II/44).

Hal yang sama ditegaskan oleh Imam al-Ghazali. Kata beliau, ciri-ciri haji mabrur itu adalah pelakunya (saat kembali dari menunaikan ibadah haji) menjadi orang yang zuhud terhadap dunia,  selalu rindu terhadap akhirat (surga) dan senantiasa berusaha mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Pemilik Ka’bah (Allah SWT) setelah berjumpa dengan Ka’bah *(Al-Ghazali, Ihyaa’ ‘Uluum ad-Dîin, I/272).

Hemat penulis, tanda-tanda haji mabrur tersebut seharusnya tidak jauh berbeda dengan tanda-tanda umrah mabrurah. Pelakunya sama-sama berubah ke arah yang lebih baik: lebih zuhud, lebih wara’, lebih sabar, lebih bersyukur, lebih taat, lebih istiqamah dalam ketaatan kepada Allah, dst.

 

Kedua, memahami perjuangan Rasulullah saw. Ini adalah salah satu aspek keunggulan lain dari Syiar Travel sekaligus “benefit” yang dirasakan oleh jamaahnya. Pengalaman para jamaah dalam mengunjungi secara langsung tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah–seperti Masjid Quba, Masjid Nabawi, Maqam Baqi’, Jabal Uhud, Jabal Nur, Gua Hira, Jabal Tsur, Jabal Rahmah dll–benar-benar meninggalkan kesan yang mendalam. Pasalnya, semua tempat-tempat bersejarah tersebut dijelaskan dengan baik oleh pembimbing kami dari sisi historis maupun ibrah (hikmah)-nya. Kedua sisi ini tentu tidak lepas dari–bahkan bertumpu pada–sosok Baginda Rasulullah saw. sebagai “aktor utama” dari berbagai peristiwa yang menyertai keberadaan tempat-tempat bersejarah tersebut (Beberapa ibrah dari hasil kunjungan ke tempat-tempat tersebut insya Allah akan dijelaskan pada tulisan berikutnya).

 

Ketiga, mewujudkan keluarga “asmara”. Ini tentu target unik sekaligus serius dari Syiar Travel. Unik, karena jarang sekali perjalanan umrah dikaitkan dengan target mewujudkan keluarga “asmara” bagi jamaah umrah. Serius, karena sepertinya Syiar Travel siap dengan program bimbingan keluarga “asmara” pasca umrah. Semoga saja demikian. Sebabnya, salah satu pembimbing jamaah Syiar Travel adalah KH Dr. Rahmat Kurnia, yang memang dikenal sebagai pakar keluarga “asmara”. Alhasil, dengan ketiga target utama di atas, para jamaah umrah Syiar Travel akan merasakan sendiri bahwa perjalanan umrahnya memang bukan perjalanan “umrah biasa”.

 

WalLaahu a’lam. []

 

(Ditulis dalam penerbangan dari Abu Dhabi menuju Jakarta, 26/11/2023).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *